" Ketika ruang kembali terang,
itulah terangnya matahari yang menembus celah dedaunan.
embun pagi seolah menguap
di atas jalan-jalan berlumpur, di atas tegalan.
Dan puluhan kaki kasar petani
bergerak sigap ke hilir.
Yang perempuan pendek,
walau tidak kalah tambunnya,
berwajah bundar seolah lembut,
sambil berkata: ~Pada saat ini... Aku kembali. - Chairil Anwar "
Hai, readers! Saya berhasil kembali menapaki blog yang sunyi ini dengan jari-jemari saya yang kini tidak lentik lagi :D hahaha.
Saya tidak menyadari bahwa waktu berjalan amat cepat dan menarik saya ke dalam kehidupan dunia yang seakan tak pernah terlelap. Hingga terus berlalu dan berpusar ditengah kehidupan fana ini, saya baru menyadari bahwa usia saya sudah beranjak sangat dewasa. Tidak, tidak! lebih tepatnya...saya mulai M-E-N-U-A.
Dulu saya berangan-angan selagi masih usia dini, begini, " lulus SMA lalu kuliah, saat kuliah lalu memiliki kekasih, setelah lulus kuliah lalu bekerja, berharap sang kekasih melamar lalu menikah dengan perayaan ala-ala Puteri dari negeri Disney, kemudian berumah tangga, punya anak dan menikmati masa tua."
Tetapi pada kenyataanya, saat waktu mulai bergulir meninggalkan masa lalu kebelakang dan berjalan maju kedepan, kehidupan saya berputar jauh dari rotasi angan-angan saya saat dulu. Rasanya angan-angan yang saya harapkan hanya seperti angin yang berhembus jauh bersamaan dengan partikel-partikel yang ada di udara. begitulah yang terjadi sampai saat ini.
Rasanya saya seperti menertawakan diri saya sendiri, sungguh begitu lugu! seolah kehidupan ini sama indahnya seperti melihat dunia dari tabung kotak yang bersuara itu. hahah!!!
Dan kisah cinta saya...
Sayangnya, saya tidak memiliki satupun memori tentang kisah cinta saya. Sungguh memprihatinkan!(Berikan tepuk tangan yang meriah untuk orang satu ini!).
Cinta saya berhenti di tempat pada suatu jalan yang sangat panjang yang ujungnya tak nampak, stuck! berhenti begitu saja, seolah tubuh dan hati ini terpatri pada jalan panjang ini. Bahkan tidak kutemukan jalan lain untuk berbelok, tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Berpikir sangat keras, mengapa saya sulit untuk berpindah? apa yang sebenarnya terjadi? Siapakah sebenarnya yang harus saya tunggui di jalan ini?
tanyaku pada sang hati, lalu sang hati berkata:"saya mencoba mempersempit permasalahannya, siapakah orang yang pernah mampir, duduk diam, menari-nari didalam hati saya?"
" Ah... Dia! Dia si pria yang lumayan cuek sama saya, si pria yang hadir sebagai sahabat, pria yang cukup innocent dalam penglihatan saya, pintar dan sederhana, sayangnya... dia tidak cukup peka dalam urusan cinta"
"sudahkah saya melupakan si pria itu?" tanyaku, sang hati hanya diam tidak menjawab.
Yang jelas, saya masih menunggu jawaban dari sang Pencipta dan pemilik hati ini atas pertanyaan-pertanyaan yang selalu terlintas di hati saya ini.
Walaupun sebenarnya kehidupan saya sekarang berbeda jauh dari angan-angan, saya sangat menikmati cerita yang selalu dibuatkan Tuhan untuk saya. Terima kasih Allah, tanpamu saya hanyalah sebuah buih.
Comments